Saya akan ceritakan sebuah kisah indah. Kisah perjumpaan ayahanda dengan Rasulullah. Dalam mimpi yang mendebarkan.

Saya dan ayahanda makan di gazebo halaman rumah. Nasi dan lauk pauk Nurul Jadid sungguh nikmat sekali. Sangat mengesankan.

Langkah kaki ayahanda berhenti seketika. Hamparan air tanpa batas. Orang-orang sakit, lantaran air yang dikonsumsinya diambil dari proses haram: meretas aliran listrik.

Ayahanda menaiki bebukitan. Berjumpalah dengan sumur tua. Airnya memancur. Wudlu' pun diambil.

Saat melangkahkan kaki, ayahanda terhentak. Ada kayu penuh duri mau merobohinya. Beliau pasrah sembari berdoa: "Ya Allah, hamba hendak shalat."

Bersamaan dengan itu, muncullah seseorang berjubah serba putih. Seketika bersujud di pelataran yang penuh debu putih. Kala sujud, debu putih berhamburan bersamaan dengan tegaknya pohon berduri.

Rambut di ubun-ubun ayahanda dipegang oleh seseorang yang berjubah putih bersinar itu. Ayahanda memegangi sembari mencium tangannya sebagai tanda terima kasih.

"Tangannya sangat amat lembut sekali," tutur ayahanda. 

"Engkok Rasulullah." 

Sontak saja ayahanda bersimpuh, sembari ngambri syafaat kepada Rasulullah.

Saat mata tak lagi memejam, ayahanda merasa kamarnya serba putih. Seketika ayahanda mencium tangan sang istri, begitu sebaliknya. Sang istri bertanya-tanya usai mencium tangan ayahanda. Sebab, sangat harum sekali.

 "Eppak, ponapah amalannah sampeyan? (Ayah, apa amalan yang dilakukan sampeyan?"

"Engkok macah shalawat saèbuh kalèh teng la tèdungah. (Saya baca seribu shalawat tiap hendak tidur)."

Seribu shalawat dilantunkan ayahanda tiap mau tidur. Terutama selama sakit berbulan-bulan. Semoga kita bisa istikamah mengamalkannya juga.

Usai menyimak cerita, saya mengantarkan ayahanda ke Mak Farid di Sokalelah. Kami menikmati kelapa putih. Pulangnya bawa puluhan kelapa putih dan dua buah kopyor.

0 komentar:

Posting Komentar

 
By Kang Akhlis JRA JATIM © 2019. All Rights Reserved. Developed by GRIYA SMART
Top