*Meneladani Sifat Pemaaf Nabi Muhammad SAW*
Khutbah Pertama
اَلحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ
الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَار وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار، وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار، أما بعد، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
_Jamaah yang Dirahmati Allah_
Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang paling sempurna akhlaknya. Al-Qur’an menyebut akhlak Nabi sebagai akhlak yang agung (wa innaka la ‘alâ khuluqin ‘adhîm). Penyematan predikat al-‘adhîm pada diri Nabi Muhammad merupakan sebuah keistimewaan luar biasa. Sehingga ketika Aisyah RA., ditanya tentang akhlak Rasulullah, maka menjawab dengan tegas: Akhlak Nabi adalah Al-Qur’an.
_Jamaah Rahimakumullah_
Salah satu dari sikap Rasulullah yang perlu kita contoh adalah luasnya hati dalam memberi maaf. Nabi Muhammad adalah seorang yang hidupnya sarat dengan ujian. Serangan bertubi-tubi menimpanya dari orang-orang kafir, mulai dari hinaan, fitnah, kekerasan fisik, hingga percobaan pembunuhan.
Dari berbagai rintangan itulah, umat justru dapat memetik pelajaran luar biasa dari Rasulullah ini. Rasulullah pernah difitnah gila karena menceritakan sesuatu yang belum bisa dicerna oleh akal kaum musyrik saat itu, pernah dirayu dengan harta untuk hentikan dakwahnya, dilempar batu hingga berdarah kala hijrah ke Thaif, serta kedholiman kedholiman lain yang yang ditimpakan kepada Rasulullah SAW.
Dari rangkaian teror-teror tersebut, Rasulullah melaluinya dengan kuat dan tegar. Nabi tetap teguh dengan prinsip-prinsip tauhid yang diyakininya , dan berdakwah, memperbaiki moral masyarakat yang rusak, dan membangun kehidupan yang lebih adil dan manusiawi.
_Hadirin yang Berbahagia_
Ketika cahaya Islam kian gemilang, pengikut Rasulullah semakin banyak, dan proses hijrah Nabi ke Madinah kian mematangkan kekuatan kaum muslimin, masyarakat Quraisy ketar-ketir masa depan mereka bakal terancam. Puncaknya terjadi pada tahun 630 hijriah, sejak Perjanjian Hudaibiyah dilanggar kaum musyrikin Quraisy. Karena dirusak, perjanjian hudaibiyah yang berisi kesepakatan untuk gencatan senjata pun secara otomatis mengizinkan kaum muslimin mengadakan pembelaan lantaran mereka didzalimi. Suasana Makkah begitu mencekam tatkala sepuluh ribu pasukan muslim dari Madinah tampak berjalan menuju Makkah. Kekuatan ini hampir mustahil ditandingi kaum musyrikin Quraisy yang kian meredup. Abu Sufyan, dedengkot kafir Quraisy, adalah orang yang paling tercabik-cabik jiwanya. Jabatan sebagai pemimpin tertinggi dan nyawanya pun seolah tak lagi berarti melihat kenyataan ia bakal dibinasakan oleh orang-orang yang selama ini dia aniaya.
Benar, Rasulullah bersama sepuluh ribu pasukan, memasuki Makkah. Namun apa yang terjadi? Betapa indah sikap Rasulullah beserta para pengikutnya kala pertama masuk kota Makkah, pembantaian yang dikhawatirkan kaum musyrikin Quraisy sama sekali tidak terjadi. Tak ada satu pun darah menetes. Patung-patung berhala di sekitar Ka’bah dihancurkan atas inisiatif masyarakat sendiri. Lebih indah lagi ketika Rasulullah di hadapan khalayak berpidato: Barangsiapa masuk ke dalam Masjidil Haram, dia akan dilindungi. Barangsiapa masuk ke dalam rumah Abu Sufyan, dia akan dilindungi.
_Jamaah yang Mulia_
Subhanallah. Hati Abu Sufyan menjerit menyaksikan keagungan akhlak Nabi Muhammad, musuh bebuyutannya. Ternyata orang yang paling dibenci selama ini adalah orang yang paling memahami suasana batinnya yang sedang diselimuti ketakutan. Pidato Nabi tak hanya membuatnya merasa aman, tapi juga kembali terangkat derajatnya karena merasa ‘disejajarkan’ dengan Masjidil Haram. Abu Sufyan pun masuk Islam, disusul anggota keluarganya dan para pengikutnya yang lain. Bahkan, putranya, Muawiyah bin Abu Sufyan, beberapa saat kemudian diangkat oleh Nabi sebagai salah seorang pencatat wahyu. Peristiwa ini disebut dalam sejarah sebagai fathu makkah (pembebasan Kota Makkah). Kekuatan politik yang mapan sama sekali tak menjadikan Rasulullah bertindak semena-mena.
Rasulullah sama sekali bukan pendendam. Justru dengan kenyataan inilah orang melihat keluhuran Islam sebagai agama yang beradab, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, selaras dengan misi Nabi Muhammad diutus, yakni sebagai penebar cinta bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin).
_Jamaah Jumat Rahimakumullah_
Bila di pembukaan khutbah tadi disebut bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an, maka sifatnya memang mengamalkan sepenuh apa yang ada dalam Al-Qur’an
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Artinya : Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebajikan serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (QS al-A’râf:199)
Sungguh memaafkan bukan tanda kelemahan atau kekalahan. Sebab, maaf hanya bisa lahir dari jiwa yang besar. Seseorang yang pemaaf sejatinya tidak hanya sedang menang telak atas musuh-musuhnya tapi juga sukses mengalahkan nafsu di dalam dadanya sendiri. Nafsu yang biasa mendorong manusia untuk meluapkan amarah, melampiaskan dendam, serta merasa paling tinggi dan merendahkan orang. Dengan membuka pintu maaf yang demikian luas, Nabi justru hendak menunjukkan bahwa pembalas dendam justru tak akan memperoleh kemuliaan.
Hal ini sesuai sabdanya:
وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا
Artinya: Dan tidaklah Allah menambah kepada seorang hamba yang pemaaf kecuali kemuliaan. (HR Muslim)
Maaf memang mudah dilontarkan di lisan, tapi sukar dipraktikkan. Sebagian orang mungkin berpikir, bagaimana bisa kita dengan mudah merelakan begitu saja orang yang pernah menghina, melecehkan, menghujat, atau bahkan melakukan kekerasan terhadap kita? Karena itulah maaf diganjar dengan kemuliaan. Karena memang hanya orang yang hati mulia yang akan leluasa memberikannya kepada siapa saja, termasuk orang yang pernah merugikannya.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
_Kang Hafidz, Praktisi JRA El Paidi Pasuruan Raya
0 komentar:
Posting Komentar